Indonesia
merupakan bangsa yang kaya akan budaya, terbukti dengan adanya beragam tari
tradisional di setiap daerah di Indonesia. Banyak pula tarian Indonesia yang
sukses go internasional karena sering tampil dalam acara kesenian
internasional, misalnya tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali atau tari
Giring-giring dari Kalimantan. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan tari
tradisional?
Tari
tradisional adalah gerakan anggota badan yang berirama, yang biasanya diiringi
bunyi-bunyian, yang dilakukan secara turun temurun dan menjadi adat kebiasaan.
Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita sudah mencontohkan bagaimana menyampaikan
pesan atau nasihat tidak hanya lewat kata-kata, tetapi juga bisa melalui
nyanyian ataupun tarian. Kita dalam mempelajari tari tradisional seperti sedang
menjelajah waktu ke masa lampau. Kita mencoba menyelami dan memahami jalan
pikiran nenek moyang kita tentang bagaimana mereka memaknai kehidupan.
Dilihat
dari fungsinya, tari tradisional bisa dibedakan menjadi beberapa bagian.
Diantaranya :
1.
Sebagai sarana upacara
Ciri-ciri gerakan tari
tradisional sebagai sarana upacara adalah iringan musik dan gerakan tarian yang
berulang-ulang atau monoton. Tarian dilakukan secara berkelompok dan biasanya
bersifat magis, religius dan sakral. Contoh tarian sebagai sarana upacara
adalah :
a.
Tari Bedhaya Ketawang dari Surakarta.
Tarian ini amat sakral dan hanya digelar sekali dalam setahun. Tarian ini
ditujukan untuk menghormati raja-raja penerus dinasti Mataram.
b.
Tari Saman dari Aceh.
Tarian ini berasal
dari Suku Gayo, Aceh. Tari Saman dipentaskan ketika ada peristiwa penting dalam
adat. Menurut beberapa sumber, tarian tradisional ini diciptakan dan
dikembangkan oleh seorang ulama di Gayo, Aceh Tenggara bernama Syekh Saman.
Tari Saman masuk dalam daftar Representatif Budaya Takbenda Buatan Manusia dari
UNESCO pada tanggal 24 November 2011 di Bali. Jadi kita patut bangga karena
salah satu kesenian Indonesia diakui oleh dunia sebagai milik Indonesia
sendiri.
c.
Tari Pendet dari Bali.
Tarian ini
diperagakan di Pura sebagai bentuk pemujaan saat upacara keagamaan dilakukan.
Tarian ini memiliki makna sambutan atas turunnya para dewa ke alam dunia.
Hingga saat ini Tari Pendet telah diubah fungsinya oleh para seniman di Bali
sebagai tarian Selamat Datang.
2.
Sebagai Sarana Hiburan
Tarian sebagai sarana
hiburan tidak dipertontonkan di depan umum, melainkan hanya untuk kepuasan
pribadi sehingga tarian ini tidak mementingkan keindahan. Umumnya tarian ini
dilakukan berpasangan (laki-laki & perempuan) atau berkelompok. Berbeda
dengan tarian sebagai sarana upacara yang bersifat sakral & religius,
tarian ini bersifat gembira ria dan sederhana. Contoh tarian ini diantaranya :
a.
Tari Serampang Dua Belas.
Tarian ini
berasal dari Kesultanan Serdang. Biasanya tarian ini dimainkan secara
berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian ini bercerita tentang kisah
cinta muda-mudi yang direstui oleh orang tua dari kedua belah pihak dan
berujung pada pernikahan. Awalnya, tarian ini bernama Tari Pulau Sari yang
diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an.
b.
Tari Tayub dari Jawa Tengah. Tarian ini
diperagakan pada saat acara syukuran atau selamatan bagi pejabat pemerintah
yang menerima jabatan baru atau mengemban tugas, misalnya pada saat acara
wisuda atau keberangkatan seorang panglima ke medan perang.
c.
Tari Gandrung dari Banyuwangi.
Gandrung
dalam bahasa Jawa berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Dalam tarian
ini, seorang penari wanita profesional menari bersama para tamu (terutama pria)
sambil diiringi musik atau gamelan. Tarian ini sangat terkenal di Banyuwangi.
Bahkan kita bisa menemukan beberapa patung penari gandrung di berbagai sudut
wilayah Banyuwangi. Itulah mengapa Banyuwangi dijuluki dengan sebutan Kota
Gandrung.
d.
Tari Kethuk Tilu dari Jawa Barat.
Istilah kethuk tilu berasal dari suara alat musik untuk mengiringi tarian
tersebut yaitu bonang yang dipukul sebanyak 3 kali (dalam bahasa Sunda, 3
berarti tilu) sebagai acuan untuk alat musik pengiring lainnya. Tarian asli
Jawa Barat ini merupakan sejenis tarian pergaulan atau hiburan. Biasanya tarian
ini dipentaskan pada acara perkawinan atau acara-acara besar yang melibatkan
orang banyak.
3.
Sebagai Sarana Pertunjukkan
Tarian yang tergolong
sebagai sarana pertunjukkan umumnya bersifat spontanitas dan inspiratif.
Biasanya tarian ini dipertontonkan untuk memeriahkan suatu acara tertentu
ataupun menyambut tamu. Gerakan-gerakan dalam tarian ini biasanya berupa
atraksi-atraksi yang menarik perhatian penonton. Contoh tarian ini diantaranya
:
a.
Tari Piring dari Sumatra Barat.
Tarian
ini dinamakan Trai Piring atau juga “piriang” dalam bahasa Minangkabau karena
para penarinya melenggak-lenggok sambil membawa piring dikedua telapak
tangannya. Awalnya, tarian ini merupakan bentuk persembahan untuk para dewa
pada musim panen. Setelah Islam masuk ke Minangkabau, tarian ini dipersembahkan
pada saat acara-acara besar kerajaan.
b.
Tari Golek dari Yogyakarta.
Awal mula
tarian ini bermula saat Sultan Hamengkubuwono IX sedang menyaksikan seorang
dalang memntaskan pertunjukan Wayang Golek Menak. Karena terkesan dengan
pementasan tersebut, kemudian Sultan mempunyai inisiatif untuk menampilkan Wayang
Golek Menak tersebut ke dalam tarian. Penampilan perdana Wayang Golek dalam
bentuk tarian ini dipentaskan pada tahun 1943 saat memperingati hari ulang
tahun sultan.
c.
Tari Gambyong dari Surakarta. Nama
tarian ini diambil dari nama seorang penari taledhek yang terkenal pada zaman
Sultan Pakubuwono IV Surakarta. Pada zaman itu, Gambyong sangat dipuja,
terutama oleh kaum pria, karena kelihaiannya menari dan menyanyi. Hingga saat
ini, tarian ini umumnya dipertunjukkan untuk acara menyambut tau atau pada saat
resepsi pernikahan. Penarinya sendiri adalah para gadis yang berwajah cantik.
d.
Tari Ngremo dari Jawa Timur.
Mulanya,
tarian ini dipentaskan sebagai pengantar dalam pertunjukkan ludruk yang
mengisahkan tentang perjuangan seorang pangeran di medan laga. Setelah sekian
lama berkembang, akhirnya tarian ini dipertunjukkan secara terpisah dengan
pertunjukkan ludruk sendiri dan tarian ini lebih banyak dimainkan oleh
perempuan dan menciptakan gaya tarian baru yang disebut Ngremo gaya perempuan
atau disebut juga Remo Putri. Tarian ini dipentaskan saat acara resmi kerajaan
ataupun saat menyambut tamu.
Dilihat dari semakin
berkembangnya tarian tradisional di Indonesia, ini membuktikan bahwa seni
tarian tradisional selalu berusaha untuk tetap eksis sehingga tarian tersebut
tidak akan dapat dilupakan oleh bangsanya sendiri. Masyarakat Indonesia,
khususnya remaja, harus ikut mendukung dan melestarikan tarian tradisional yang
sudah ada sejak dulu agar kesenian tradisional yang diwariskan oleh nenek
moyang kita tetap lestari dan tidak hilang tertutup oleh munculnya
tarian-tarian modern.
Sources :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar